Rabu, 15 Desember 2010

Hemostatik

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.

Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1.    Air: 91,0%
2.    Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3.    Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi, dll)
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-
1.    albumin
2.    bahan pembeku darah
3.    immunoglobin (antibodi)
4.    hormon
5.    berbagai jenis protein
6.    berbagai jenis garam


B.  Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaiman atau mengapa terjadi Hemostatik
2.    Tujuan Khusus
a.    Agar mahasiswa dapat mengetahui apa penyebab dari hemostatik tersebut,
b.    Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaiman cara penangan dalam kasus hemostatik,
c.    Mahasiswa dapat mengetahu penyakit apa yang bisa timbul dari hemostatik,
d.   Agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan mengenai kasus yang berhubungan dengan hemostatik.

C.  Manfaat Penulisan
1.    Mahasiswa mengetahui bagaiman atau mengapa terjadi Hemostatik
2.    Mahasiswa mengetahui bagaiman cara penangan dalam kasus hemostatik,
3.    Mahasiswa mengetahui apa penyakit yang bisa ditimbulkan,
4.    Mahasiswa  mampu membuat asuhan keperawatan mengenai kasus yang berhubungan dengan hemostatik.





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Hemostatik
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka.Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
Tipe trombos :
a.    Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang mengandung eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal, khususnya didaerah dengan aliran yang cepat[arteri]).
b.    Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama dengan sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya.
c.     Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik. Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang dipertahankan.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan suatu permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada pristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
1)    Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
2)    Kofaktor
3)    Fibrinogen
4) Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
5) Protein pengatur dan sejumla protein lainnya


B.  Penyakit yang Berhubungan Dengan Hemostatik
Masalah yang berhubungan dengan hemostatik yaitu penyakit hemophilia.  Hemofilia adalah penyakit genetik/turunan, merupakan suatu bentuk kelainan perdarahan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimana protein yang diperlukan untuk pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit. Penyakit ini ditandai dengan sulitnya darah untuk membeku secara normal.
Apabila penyakit ini tidak ditanggulangi dengan baik maka akan menyebabkan kelumpuhan, kerusakan pada persendian hingga cacat dan kematian dini akibat perdarahan yang berlebihan. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan sendi yang nyeri dan menahun.
Hemofilia termasuk penyakit yang tidak populer dan tidak mudah didiagnosis. Karena itulah para penderita hemofilia diharapkan mengenakan gelang atau kalung penanda hemofilia dan selalu membawa keterangan medis dirinya. Hal ini terkait dengan penanganan medis, jika penderita hemofilia terpaksa harus menjalani perawatan di rumah sakit atau mengalami kecelakaan.
hemofilia
 





Yang paling penting, penderita hemofilia tidak boleh mendapat suntikan kedalam otot karena bisa menimbulkan luka atau pendarahan, Hemofilia memiliki dua tipe, yakni tipe A dan B. Hemofilia A terjadi akibat kekurangan faktor antihemofilia atau faktor VIII. Sedangkan hemofilia B muncul karena kekurangan faktor IX.
Penyakit ini diturunkan orang tua kepada seorang anak melalui kromosom X yang tidak muncul. Saat wanita membawa gen hemofilia, mereka tidak terkena penyakit itu. Jika ayah menderita hemofilia tetapi sang ibu tidak punya gen itu, maka anak laki-laki mereka tidak akan menderita hemofilia, tetapi anak perempuan akan memiliki gen itu. Jika seorang ibu adalah pembawa dan sang ayah tidak, maka anak laki-laki akan berisiko terkena hemofilia sebesar 50 persen, dan anak perempuan berpeluang jadi pembawa gen sebesar 50 persen
Hemofilia adalah kelainan perdarahan akibat kurangnya produksi salah satu faktor pembekuan darah di dalam tubuhnya. Sebagian besar penyakit ini diderita oleh kaum laki-laki karena gen yang memerintahkan proses pembekuan darah terdapat di dalam kromosom X. Sedangkan perempuan, sebagian besar hanya sebagai carrier saja.
Gejala Hemofilia
Gejala yang mudah dikenali adalah bila terjadi luka yang menyebabkan sobeknya kulit permukaan tubuh, maka darah akan terus mengalir dan memerlukan waktu berhari-hari untuk membeku.
Bila luka terjadi di bawah kulit karena terbentur, maka akan timbul memar/ lebam kebiruan disertai rasa nyeri yang hebat pada bagian tersebut. Perdarahan yang berulang-ulang pada persendian akan menyebabkan kerusakan pada sendi sehingga pergerakan jadi terbatas (kaku), selain itu terjadi pula kelemahan pada otot di sekitar sendi tersebut. 
Gejala akut yang dialami penderita Hemofilia adalah sulit menghentikan perdarahan, kaku sendi, tubuh membengkak, muncul rasa panas dan nyeri pascaperdarahan, Sedangkan pada gejala kronis, penderita mengalami kerusakan jaringan persendian permanen akibat peradangan parah, perubahan bentuk sendi dan pergeseran sendi, penyusutan otot sekitar sendi hingga penurunan kemampuan motorik penderita dan gejala lainnya.
Hemofilia dapat membahayakan jiwa penderitanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.
Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-biruan (pendarahan dibawah kulit), apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak dapat berhenti, pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku tangan, lutut kaki sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. 


Bagi mereka yang memiliki gejala-gejala tersebut, disarankan segera melakukan tes darah untuk mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya. Pemberian transfusi rutin berupa kriopresipitat-AHF atau Recombinant Factor VIII untuk penderita Hemofilia A dan plasma beku segar untuk penderita hemofilia B.
Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat maupun transfusi harus diberikan pada penderita secara rutin setiap 7-10 hari. Tanpa pengobatan yang baik, hanya sedikit penderita yang mampu bertahan hingga usia dewasa. Karena itulah kebanyakan penderita hemofilia meninggal dunia pada usia dini.
Bila terjadi pendarahan/ luka pada penderita Hemofilia pengobatan definitif yang bisa dilakukan adalah dengan metode RICE, singkatan dari Rest, Ice, Compression, dan Elevation.
1.    Rest. Penderita harus senantiasa beristirahat, jangan banyak melakukan kegiatan yang sifatnya kontak fisik.
2.    Ice. Jika terjadi luka segera perdarahan itu dibekukan dengan mengkompresnya dengan es.
3.    Compression. Dalam hal ini, luka itu juga harus dibebat atau dibalut dengan perban.
4.    Elevation. Berbaring dan meninggikan luka tersebut lebih tinggi dari posisi jantung.


C.  Obat yang Berhubungan Dengan Hemostatik
1.    Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk mengurangi insidens tromboemboli terutama pada vena.
Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok:
a.    Heparin
Pelepasan heparin kedalam darah yang tiba-tiba pada syok anafilaksis menunjukkan heparin mungkin berperan dalam imunologik.
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat, misalnya untuk emboli paru dan trombosis vena. Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang memerlukan antikoagulan.
Heparin dikontraindikasikan pada pasien yang sedang atau cenderung mengalami perdarahan misalnya: pasien hemofilia, permeabilitas kapiler yang meningkat, abortion, perdarahan intrakranial. Obat ini hanya digunakan untuk wanita hamil bila benar-benar diperlukan. Hal ini disebabkan insidens perdarahan maternal, lahir mati dan lahir prematur yang dilaporkan meningkat pada penggunaan heparin.
b.    Antikoagulan oral
Antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Efek toksik yang paling sering adalah perdarahan. Kontraindikasi pada penyakit-penyakit dengan kecenderungan perdarahan, Contoh obat: Natrium warfarin, Dikumarol, Anisendion
c.    Antikoagulan pengikat ion kalsium
Contoh obat: Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya, Natrium edetat


2.     Antitrombosit
Antitrombosit adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri.
Contoh obat: Aspirin, Sulfinpirazon, Dipiridamol, Dekstran
3.    Trombolitik
Trombolitik melarutkan trombus yang sudah terbentuk. Agar efektif trombolitik harus diberikan sedini mungkin. Indikasi golongan obat ini islsh untuk infsrk mioksrd akut, trombosis vena dalam dan emboli paru.
Contoh obat : Streptokinase, Urokinase,
4.    Hemostatik
Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan perdarahan. Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas.
5.    Hemostatik Lokal
Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan mekanisme hemostasisnya
a.       Hemostatik serap
Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah.
b.     Astringen
Zat ini bekerja lokal dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan dapat dihentikan
c.    Koagulan
Pada penggunaan lokal menimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.


d.   Vasokonstriktor
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokonstriksi, dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
6.    Hemostatik Sistemik
Dengan memberikan transfusi darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan dengan segera. Hal ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain dari transfusi adalah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti/memberikan faktor pembekuan yang kurang
Contoh sediaan :
Desmopresin, Fibrinogen insani, Vitamin K, Asam aminokaproat, Asam traneksamat.





D. Cara Pengobatan Hemofilia
Pertama, terapi on demand yaitu terapi saat terjadi perdarahan menggunakan infus produk untuk menggantikan faktor pembekuan. Sedangkan yang kedua profilaksis adalah infus faktor ke delapan secara rutin untuk mempertahankan
kadar minimum faktor VIII/IX dengan kadar konsentrasi  untuk mencegah sebagian besar perdarahan. 
Salah satu obat yang dipakai yaitu marwarin.
Kategori Obat Warfarin yaitu :

1.    Generic name: warfarin

2.    Brand name: coumadin

Apa itu warfarin ?

Warfarin antikoagulan (pengencer darah). Warfarin mengurangi pembentukan bekuan darah dengan menghalangi pembentukan faktor pembekuan tertentu.
Warfarin digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan pembekuan darah di vena dan arteri.
Warfarin dapat juga digunakan untuk tujuan selain yang tercantum dalam panduan pengobatan.

3.    Informasi Penting Tentang Warfarin

Warfarin dapat membahayakan bayi yang belum lahir atau menyebabkan cacat lahir. Jangan menggunakan warfarin jika Anda sedang hamil atau mungkin menjadi hamil. Jangan pernah mengambil dosis ganda atau mengambil obat ini bersama-sama dengan produk lain yang mengandung warfarin atau kumarin. Anda tidak harus mengambil warfarin jika Anda memiliki perdarahan atau kelainan sel darah, darah dalam urin atau kotoran, infeksi pada lapisan jantung Anda, perdarahan perut, perdarahan di operasi otak, baru-baru ini atau mendatang, atau jika Anda memerlukan tulang belakang keran atau anestesi tulang belakang (epidural).


Warfarin dapat menyebabkan Anda mengalami pendarahan lebih mudah, terutama jika Anda memiliki: riwayat masalah perdarahan, tekanan darah tinggi atau penyakit jantung berat, penyakit ginjal, kanker, operasi atau darurat medis, penyakit yang menyerang pembuluh darah di otak Anda, sejarah perut atau perdarahan usus, jika Anda 65 tahun atau lebih, atau jika Anda sangat sakit atau lemah.
Banyak obat-obatan (termasuk beberapa obat over-the-counter dan produk herbal) dapat menyebabkan masalah medis serius atau kematian jika Anda membawa mereka dengan warfarin. Hal ini sangat penting untuk memberitahu dokter Anda tentang semua obat-obatan Anda baru saja digunakan. Tanyakan kepada dokter Anda sebelum mengambil obat untuk nyeri, arthritis, demam, atau bengkak. Obat-obatan ini dapat mempengaruhi pembekuan darah dan juga dapat meningkatkan risiko pendarahan perut. Setiap dokter, dokter gigi, ahli bedah, atau penyedia perawatan medis yang merawat Anda harus tahu bahwa Anda mengambil warfarin. Hindari membuat perubahan dalam diet anda tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter Anda.
Warfarin digunakan untuk mencegah penggumpalan darah dari membentuk atau bertambah besar dalam darah dan pembuluh darah. Hal ini diresepkan untuk orang dengan beberapa jenis denyut jantung tidak teratur, orang dengan prostetik (penggantian atau mekanis) katup jantung, dan orang-orang yang menderita serangan jantung. Warfarin juga digunakan untuk mengobati atau mencegah trombosis vena (bekuan pembengkakan dan darah di pembuluh darah) dan emboli paru (bekuan darah di paru-paru). Warfarin dalam kelas obat yang disebut antikoagulan ('pengencer darah'). Ini bekerja dengan menurunkan kemampuan pembekuan darah.


4.    Cara Penggunaan Obat
Warfarin datang sebagai tablet untuk mengambil melalui mulut. Hal ini biasanya diambil sekali sehari dengan atau tanpa makanan. Ambil warfarin pada sekitar waktu yang sama setiap hari. Ikuti petunjuk pada label resep dengan saksama, dan meminta dokter Anda atau apoteker untuk menjelaskan bagian yang Anda tidak mengerti. Ambil warfarin persis seperti yang diarahkan. Jangan mengambil lebih atau kurang dari itu atau mengambil lebih sering daripada yang disarankan oleh dokter Anda.

5.    Terapi menggunakan

Warfarin diresepkan untuk orang dengan kecenderungan peningkatan trombosis atau sebagai profilaksis sekunder (pencegahan episode lebih lanjut) pada orang-orang yang telah membentuk bekuan darah (trombus). pengobatan Warfarin dapat membantu mencegah pembentukan bekuan darah masa depan dan membantu mengurangi risiko emboli (migrasi dari trombus ke tempat di mana itu blok suplai darah ke organ vital).
Jenis antikoagulan (gumpalan hambatan formasi) yang warfarin yang paling cocok, adalah bahwa di daerah-darah berjalan lambat, seperti dalam urat dan darah menggenang di belakang dan alami katup buatan, dan menggenang di atrium jantung disfungsional. Dengan demikian, indikasi klinis yang umum untuk penggunaan warfarin adalah fibrilasi atrium, kehadiran katup jantung buatan, trombosis vena dalam, dan emboli paru (dimana gumpalan embolized bentuk pertama di vena). Warfarin juga digunakan dalam sindrom antifosfolipid. Telah digunakan sesekali setelah serangan jantung (infark miokard), namun jauh kurang efektif untuk mencegah trombosis baru di arteri koroner. Pencegahan pembekuan dalam arteri biasanya dilakukan dengan obat antiplatelet, yang bertindak dengan mekanisme yang berbeda dari warfarin (yang biasanya tidak berpengaruh pada fungsi trombosit).
Dosis warfarin rumit oleh fakta bahwa diketahui berinteraksi dengan obat yang sering digunakan banyak dan bahkan dengan bahan kimia yang mungkin ada dalam makanan tertentu.  Interaksi ini dapat meningkatkan atau mengurangi efek's antikoagulasi warfarin. Dalam rangka mengoptimalkan efek terapi tanpa risiko efek samping yang berbahaya seperti pendarahan, pemantauan dekat derajat antikoagulan diperlukan oleh tes darah (INR). Selama tahap awal pengobatan, pemeriksaan mungkin diperlukan sehari-hari; interval antara tes bisa diperpanjang jika pasien mengelola tingkat INR terapeutik yang stabil pada dosis warfarin tidak berubah.
Saat melakukan terapi warfarin ("warfarinization"), dokter akan menentukan seberapa kuat terapi antikoagulan perlu. Tingkat INR target akan bervariasi dari kasus ke kasus tergantung pada indikator klinis, tetapi cenderung 2-3 dalam kondisi yang paling. Secara khusus, mungkin target INR 2.5-3.5 (atau bahkan 3,0-4,5) pada pasien dengan satu atau lebih katup jantung mekanik.
Di beberapa negara, kumarin lain digunakan sebagai pengganti warfarin, seperti acenocoumarol dan phenprocoumon. Ini memiliki) atau lebih (phenprocoumon) lebih pendek (acenocoumarol setengah-hidup, dan tidak sepenuhnya dipertukarkan dengan warfarin. The antikoagulan oral ximelagatran (nama dagang Exanta) diperkirakan akan menggantikan warfarin untuk tingkat besar ketika diperkenalkan, namun laporan hepatotoksisitas (kerusakan hati) produsen diminta untuk menariknya dari pengembangan lebih lanjut. Obat lain menawarkan kemanjuran warfarin tanpa perlu untuk memantau , seperti dabigatran dan rivaroxaban,  sedang dalam pengembangan


6.    Kontraindikasi

Informasi lebih lanjut: Antikoagulasi dalam kehamilan
Warfarin kontraindikasi pada kehamilan, karena melewati plasenta penghalang dan dapat menyebabkan perdarahan pada janin ; warfarin digunakan selama kehamilan umumnya terkait dengan aborsi spontan, lahir mati, kematian neonatal, dan kelahiran prematur.  kumarin (misalnya warfarin) juga teratogen, yaitu, mereka menyebabkan cacat lahir, kejadian cacat lahir pada bayi yang terkena warfarin dalam rahim menjadi sekitar 5%, meskipun lebih tinggi (angka sampai dengan 30%) telah dilaporkan dalam beberapa studi. Tergantung pada saat paparan terjadi selama kehamilan, dua kombinasi yang berbeda dari kelainan bawaan dapat muncul.
Ketika warfarin (atau turunan kumarin) diberikan selama-trimester pertama dan terutama antara kesembilan minggu keenam of-a-konstelasi kehamilan cacat lahir dikenal beragam sepertisindrom warfarin janin (FWS), embryopathy warfarin, atau embryopathy kumarin dapat terjadi. FWS ditandai terutama oleh tulang kelainan, yang meliputi hipoplasia hidung, suatu depresi atau menyempit jembatan hidung, scoliosis, dan kalsifikasi di kolom vertebra, femur, dan tulang tumit yang menunjukkan penampilan dibintiki aneh pada sinar-X. Limb kelainan, sepertibrakhidaktili (pendek jari yang luar biasa dan kaki) atau ekstremitas terbelakang, juga bisa terjadi.  fitur non-kerangka umum dari FWS termasuk berat badan lahir rendah dan cacat perkembangan.
administrasi Warfarin pada trimester kedua dan ketiga jauh lebih sedikit umumnya terkait dengan cacat lahir, dan ketika mereka memang terjadi, adalah jauh berbeda dari sindrom warfarin janin. The kelainan bawaan yang paling umum yang terkait dengan penggunaan warfarin pada akhir kehamilan adalah sistem saraf pusat gangguan, termasuk spastisitas dankejang, dan cacat mata. Karena seperti kehamilan cacat lahir kemudian, antikoagulasi dengan warfarin menimbulkan masalah pada wanita hamil memerlukan warfarin untuk indikasi penting, seperti pencegahan stroke pada mereka dengan katup jantung buatan. Biasanya, warfarin dihindari pada trimester pertama, dan heparin berat molekul rendah sepertienoxaparin digantikannya. Dengan heparin, risiko perdarahan ibu dan komplikasi lain masih meningkat, namun heparins tidak melewati penghalang plasenta dan karena itu tidak menyebabkan cacat lahir. Ada berbagai macam solusi untuk waktu sekitar pengiriman.

7.    Efek samping

Hanya umum efek samping warfarin adalah perdarahan (perdarahan).  Risiko pendarahan parah adalah kecil tetapi pasti (tingkat rata-rata tahunan sebesar 0,9 menjadi 2,7% telah dilaporkan) dan manfaat setiap kebutuhan untuk lebih besar risiko ini ketika warfarin dianggap sebagai ukuran terapeutik. Risiko perdarahan ditambah jika INR adalah diluar dari jangkauan (karena overdosis atau sengaja disengaja atau karena interaksi), dan dapat menyebabkan hemoptysis (batuk darah), memar yang berlebihan, perdarahan dari hidung atau gusi, atau darah dalam urin atau tinja.
Resiko perdarahan meningkat ketika warfarin dikombinasikan dengan obat-obatan antiplatelet seperti clopidogrel, aspirin, atau obat anti-inflammatory drugs. Risiko mungkin juga akan meningkat pada pasien lanjut usia dan pada pasien hemodialisis.

8.    Farmakokinetik

Warfarin terdiri dari rasemat campuran dari dua aktif enantiomer-R- dan S- bentuk-yang masing-masing dibersihkan dengan jalur yang berbeda.S-warfarin telah lima kali potensi dari isomer-R berkenaan dengan vitamin K antagonisme.
Warfarin lebih lambat-acting dari antikoagulan umum heparin, meskipun memiliki sejumlah keunggulan. Heparin harus diberikan melalui suntikan, sedangkan warfarin tersedia secara lisan. Warfarin memiliki hidup yang panjang-setengah dan hanya perlu diberikan sekali sehari.Heparin juga dapat menyebabkan kondisi protrombotik, heparin-induced trombositopenia (An-dimediasi penurunan antibodi dalam platelettingkat), yang meningkatkan risiko trombosis. Butuh beberapa hari untuk Warfarin untuk mencapai efek terapi sejak faktor pengentalan beredar tidak terpengaruh oleh obat (trombin memiliki kehidupan waktu setengah hari). setengah umur yang panjang's Warfarin berarti bahwa hal itu tetap efektif untuk beberapa hari setelah itu berhenti. Selanjutnya, jika diberikan awalnya tanpa asuransi tambahan antikoagulan, dapat meningkatkan risiko trombosis (lihat di bawah). Untuk alasan utama, dirawat di rumah sakit pasien biasanya diberikan heparin dengan warfarin pada awalnya, heparin yang mencakup periode 3-5 hari lag dan menjadi ditarik setelah beberapa hari.
9.    Mekanisme kerja
Warfarin menghambat vitamin Ktergantung sintesis-aktif bentuk-bentuk biologis dari kalsium-tergantung pembekuan faktor II, VII, IX dan X, serta faktor peraturan protein C, protein S, danprotein Z. Lain-lain protein tidak terlibat dalam pembekuan darah, seperti osteocalcin, atau matriks protein GLA, mungkin juga terpengaruh.
Prekursor dari faktor-faktor membutuhkan carboxylation dari mereka glutamat asam residu untuk memungkinkan faktor pengentalan untuk mengikat fosfolipid permukaan dalam pembuluh darah, di pembuluh darah endotelium. Enzim yang melaksanakan carboxylation asam glutamat adalah -glutamil karboksilase gamma. Reaksi carboxylation akan dilanjutkan hanya jika enzim karboksilase mampu mengkonversi mengurangi bentuk vitamin K (vitamin K hidrokuinon) untuk vitamin K epoksida pada waktu yang sama. Vitamin K epoksida pada gilirannya daur ulang kembali ke vitamin K dan vitamin K hidrokuinon oleh enzim lain, vitamin K epoksida reduktase (VKOR). Warfarin menghambat epoksida reduktase (khususnya subunit VKORC1[27][28]), dengan demikian mengurangi tersedia vitamin K dan vitamin K hidrokuinon dalam jaringan, yang menghambat aktivitas carboxylation dari karboksilase glutamil.Ketika ini terjadi, faktor-faktor koagulasi tidak lagi carboxylated di tertentu asam glutamat residu, dan tidak mampu mengikat endotel permukaan pembuluh darah, dan dengan demikian secara biologis aktif. Seperti tubuh menyimpan yang sebelumnya diproduksi menurunkan faktor aktif (selama beberapa hari) dan digantikan oleh faktor-faktor tidak aktif, efek antikoagulasi menjadi jelas. Faktor koagulasi dihasilkan, tetapi mengalami penurunan fungsi karena undercarboxylation, mereka secara bersama disebut sebagai PIVKAs (protein yang disebabkan [oleh] K tidak adanya vitamin / antagonisme), dan faktor koagulasi individu sebagai PIVKA-nomor (misalnya PIVKA-II). Hasil akhir dari penggunaan warfarin, oleh karena itu, adalah untuk mengurangi pembekuan darah pada pasien.
Ketika warfarin yang baru mulai, mungkin mempromosikan pembentukan gumpalan sementara. Hal ini karena tingkat protein C dan protein S juga tergantung pada aktivitas vitamin K.Warfarin menyebabkan penurunan kadar protein C dalam 36 jam pertama. Selain itu, mengurangi kadar protein S mengarah pada penurunan dalam kegiatan protein C (yang merupakan co-faktor) dan oleh karena itu berkurang degradasi faktor Va dan faktor VIIIA. Meskipun loading dosis warfarin selama 5 mg juga menghasilkan penurunan terjal di faktor VII, yang mengakibatkan perpanjangan awal INR, efek antitrombotik penuh tidak terjadi sampai penurunan yang signifikan dalam faktor II terjadi hari kemudian. Sistem hemostasis sementara menjadi bias terhadap pembentukan trombus, yang mengarah ke keadaan protrombotik, Jadi ketika warfare dimuat cepat pada lebih besar dari 5 mg/hari, itu bermanfaat untuk mengelola heparin, antikoagulan yang bertindak atas antithhrobin dan membantu mengurangi resiko thrombosis, dengan terapii warfare selam 4-5 hari, dalm rangka mendapatkan manfaat dari antikoagulan dan heparin sampai efek penuh warfarin telah tercapai.

BAB III

ASKEP

 

A.   Definisi
Hemofilia berasal dari bahasa yunani kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang.
Hemophilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang berkaitan dengan defisiensi atau kelainan biologik faktor VIII (antihemophilic globulin) dan faktor IX (komponen tromboplastin plasma). (David Ovedoff, Kapita Selekta Kedokteran).
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan melalui kromosom X. Karena itu, penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria karena mereka hanya mempunyai kromosom X, sedangkan wanita umumnya menjadi pembawa sifat saja (carrier). Namun, wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom X dari ayah hemofilia dan ibu pembawa carrier dan bersifat letal.

B.  Etiologi
Hemofilia A timbul jika ada defek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (AHG)ü Hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (Plasma Tromboplastic Antecendent)ü
Hemofilia berdasarkan etiologinya di bagi menjadi dua jenis:
1. Hemofilia A
Hemofilia A dikenal juga dengan nama Hemofilia Klasik : karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah. Kekurangan faktor VIII protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.


2. Hemofilia B
Hemofilia B dikenal juga dengan nama Chrismas disease : karena ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Chrismas asal kanada.
Hemofilia ini di sebabkan karena kurangnya faktor pembekuan IX . dapat muncul dengan bentuk yang sama dengan tipe A.
Gejala ke dua tipe hemofilia adalah sama, namun yang membedakan tipe A / B adalah dari pengukuran waktu tromboplastin partial deferensial.
Hemophilia A atau Hemofilia B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, hemophilia A terjadi sekurang – kurangnya 1 di antara 10.000 orang, Hemofilia B lebih jarang ditemukan , yaitu 1 di antara 50.000 orang.
Dapat muncul dengan bentuk ringan, berat, dan sedang.

C. Patofisiologi
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B.
Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan mulai merangkak maka akan terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan berikutnya. Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal.
Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh) → darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil → Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna→darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh → perdarahan (normalnya: Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh).

D.   Diagnosa
Jika seorang bayi / anak laki-laki mengalami perdarahan yang tidak biasa, maka diduga dia menderita hemofilia. Pemeriksaan darah bisa menemukan adanya perlambatan dalam proses pembekuan. Jika terjadi perlambatan, maka untuk memperkuat diagnosis serta menentukan jenis dan beratnya, dilakukan pemeriksan atas aktivitas faktor VII dan faktor IX.

E.    Pemeriksaan Khusus
 Riwayat keluarga dan riwayat perdarahan setelah trauma ringan
 Kadar faktor VIII dan faktor IX
 PTT diferensial.

G. Penatalaksaan
 Tranfusi untuk perdarahan dan gunakan kriopresipitat faktor VIII dan IX, tranfusi di lakukan dengan teknik virisidal yang di ketahui efektif membunuh virus-virus yang dapat menyebabkan infeksi lain akibat tranfusi, dan di sebut sebagai standar terbaru tatalaksana hemofilia yaitu FVIII rekombinan sehingga dapat menghilangkan resiko tertular virus.
 Aspirasi hemartosis dan hindari imobilitas sendi
 Konsultasi genetic
.



H. Konsep Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian
a.    Perawatan
Pada pengkajian anak dengan hemophilia dapat ditemukan adanya pendarahan kambuhan yang dapat timbul setelah trauma baik ringan maupun berat. Pada umumnya pendarahan di daerah persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha ; sedangkan otot yang paling sering terkena adalah flrksor lengan bawah. Khususnya pasa bayi dapat terlihat adanya perdarahan yang berkepanjangan setelah bayi dilakukan sirkumsisi, adanya hematoma setelah terjadinya infeksi , sering pendarahan pada mukosa oral dan jaringan lunak, sering awalnya disertai dengan nyeri kemudian setelah nyeri akan menjadi bengkak, hangat, dan menurunnya mobilitas. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai jumlah trombositnya normal, masa protombinnya normal, masa tromboplastin parsialnya meningkat.
b.    Aktivitas
Gejala    :    Kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas.
Tanda    :   Kelemahan otot, somnolen.
Gejala    :  Palpitasi
Tanda    :  Kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda perdarahan serebral
Eliminasi    : berkurang
Gejala    :    Hematuria
 Integritas ego : berkurang
Gejala    :  Persaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda    :  Depresi, menarik diri, ansietas, marah
 Nutrisi   : berkurang
Gajala    :  Anoreksia, penurunan berat badan
Gejala :Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda :Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
 Keamanan : berkurang
Gejala :Riwayat trauma ringan, perdarahan spontan.
Tanda :Hematom
2.    Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan b/d perdarahan aktif ditandai dengan kesadaran menurun, perdarahan.
Tujuan/Kriteria hasil: Tidak terjadi penurunan kesadaran, pengisian kapiler baik, perdarahan dapat teratasi.
Intervensi 
1) Kaji penyebab perdarahan
2)   Kaji warna kulit, hematom, sianosis
3) Kolaborasi dalam pemberian IVFD adekuat
4) Kolaborasi dalam pemberian tranfusi darah
Rasional
1) Dengan mengetahui penyebab dari perdarahan maka akan membantu dalam menentukan intervensi yang tepat bagi pasien.
2)  Memberikan informasi tentang derajat /keadekuatan perfusi jaringan dan membantu dalam menentukan intervensi yang tepat
3) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta memaksimalkan kontraktilitas/curah jantung sehingga sirkulasi menjadi adekuat
4) Memperbaiki / menormalakn jumlah sel darah merah dan meningkatkan kapasitas pembawa oksigen sehingga perfusi jaringan menjadi adekuat.
b. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan akibat perdarahan ditandai dengan mukosa mulut kering,turgor kulit lambat kembali.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan, mukosa mulut lembab, turgor kulit cepat kembali kurang dari 2 detik.


Intervensi
1) Awasi TTV
2) Awasi haluaran dan pemasukan
3) Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
4) Kolaborasi dalam pemberian cairan adekuat.
Rasional
1)Perubahan TTV kearah yang abnormal dapat menunjukan terjadinya peningkatan kehilangan cairan akibat perdarahan / dehidrasi
2) Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan membantu mengevaluasi status cairan
3) Memberikan informasi tentang derajat hipovolemi dan membantu menentukan intervensi.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan akibat perdarahan.
c. Resiko tinggi injuri b/d kelemahan pertahanan sekunder akibat hemofilia ditandai dengan seringnya terjadi cedera.
Tujuan/Kriteria hasil: Injuri dan kompllikasi dapat dihindari/tidak terjadi
Intervensi 
1)   Pertahankan keamanan tempat tidur klien, pasang pengaman pada tempat tidur
2)   Hindarkan dari cedera, ringan – berat
3)   Awasi setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cedera
4)   Anjurkan pada orangtua untuk segera membawa anak ke RS jika terjadi injuri
5)   Jelaskan pada orang tua pentingnya menghindari cedera. 1. Menurunkan resiko cidera / trauma
Rasional
1)   Jaringan rapuh dan gangguan mekanisme pembekuan menigkatkan resiko perdarahan meskipun cidera /trauma ringan
2)   Paien hemofilia mempunyai resiko perdarhan spontan tak terkontrol sehingga diperlukan pengawasan setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cidera
3)   Identifikasi dini dan pengobatan dapat membatasi beratnya komplikasi
4)   Orang tua dapat mengetahui mamfaat dari pencegahan cidera/ resiko perdarahan dan menghindari injuri dan komplikasi.








BAB IV
PENUTUP 

A.  Kesimpulan
Hemostasis merupakan kemampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan dan berfungsi menjaga keenceran darah sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan. Telah dibahas mengenai faktor-faktor yang berperan dalam koagulasi, prinsip pemeriksaan dan interpretasi hasil beberapa pemeriksaan koagulasi.

B.  Saran
Dengan memberikan transfusi darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan dengan segera. Hal ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain dari transfusi adalah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti/memberikan faktor pembekuan yang kurang


DAFTAR PUSTAKA


Anonym. 2009. Askep Hemofilia Anak. Wikipedia. Jakarta. Dalam  http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/askep-anak-hemofilia.html. Diakses pada 25 Oktober 2010 pukul 19:03 wita.


Anonym. 2009. Wafarin. Wikipedia. Jakarta. Diambil http://www.drugs.com/warfarin.html. Diakses pada 25 oktober 2010 pukul 19:15 wita. 


Anonym. 2009. medicine. Wikipedia. Jakarta. Diambil http://www.medicinenet.com/warfarin/article.htm. Diakses pada 25 oktober 2010 pukul 19:29 wita.


Anonym. 2009. info. Wikipedia. Jakarta. Diambil http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a682277.html. Diakses pada 25 oktober 2010 pukul 19:38 wita.


Doenges, Marillyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta


Ngastiyah.1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar