Senin, 14 November 2011

RESPON PENINGKATAN TD TERHADAP CAIRAN ELEKTROLIT

PENDAHULUAN

            Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
             Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
            Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
            Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.



PEMBAHASAN

A.      Definisi Peningkatan Tekanan Darah

Peningkatan Tekanan Darah (Hipertensi) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 120/90 mmHg.
Klasifikasi Hipertensi :
·       Ringan ( Tk.I)    : 140 – 150 mmHg/ 90-99 mmHg
·       Sedang ( Tk.II)  : 160 – 179 mmHg/ 100-109 mmHg
·       Berat (Tk.III)    :  180 – 209 mmHg/ 110-119 mmHg
·       Sangat berat (Tk.IV)  : > 210/120 mmHg
Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui. Hipertensi didefinisikan oleh (JHC) sebagai tekanan yang lebih tinggi 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal, tinggi sampai hipertensi maligman. (Doengoes, 1999).
            Penyebab hipertensi adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari normal di pembuluh darah arteri. Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah yang mengandung udara dan nutrisi dari jantung ke seluruh organ-organ dan jaringan dalam tubuh. Penyebab hipertensi yang tinggi bukan berarti tingkat emosi yang tinggi, walaupun seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik ada kemungkinan mudah memiliki kecenderungan untuk mengalami hal ini.

B.       Penyebab Peningkatan Tekanan Darah
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.    Hipertensi primer
Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti :
·    Pola hidup yang tidak sehat dan seimbang.
·   Faktor genetik / keturunan.
·   Pola makan tidak sehat yang kurang memperhatikan kandungan lemak terhadap makanan yang dikonsumsi.
·    Aktivitas yang rendah / kurang gerak dan jarang berolahraga.
·   Obesitas / kegemukan.
·   Kebiasaan merokok,  mengkonsumsi minumal beralkohol dan kafein.
Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress karena stress cenderung menaikkan tekanan darah untuk sementara waktu.
2.      Hipertensi sekunder
            Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi organ seperti :
·     Adanya perubahan pada organ jantung dan pembuluh darah yang menyebakan meningkatnya tekananan darah.
·     Gangguan ginjal, diabetes, endokrin, kekakuan dari aorta.
·      Feokromositoma yaitu Tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (naradneralin)



C.       Tanda dan gejala
Tanda dan gejala hipertensi adalah :
1.      Peningkatan tekanan darah <140/90 mmHg
2.      Sakit kepala
3.      Epistaksis
4.      Pusing/migraine
5.      Rasa berat ditengkuk
6.      Sukar tidur
7.      Mata berkunang-kunang
8.      Lemah dan lelah
9.     Suhu tubuh rendah

D.     Respon Peningkatan Tekanan Darah Dengan  Kesimbangan Cairan

1   Respon Peningkatan Tekanan Darah dapat terjadi melalui:
Ø  Jantung
            Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
            Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Ø  Ginjal
            Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
        Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah.
             Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

Ø  Sistem saraf otonom
            Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak), mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh, melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

2        Keseimbangan cairan dan responnya terhadap peningkatan tekanan darah

*         Volume Cairan Interstisial
               Jumlah cairan dalam ruang interstisial bergantung pada tekanan kapiler, tekanan cairan interstisial, tekanan onkotik, koefisien filtrasi kapiler, jumlah kapiler aktif, aliran limfe, dan volume total cairan ekstrasel. Edema adalah penumpukan cairan interstisial secara abnormal dalam jumlah besar. Terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial atau di dalam berbagai rongga tubuh lebih dari jumlah yang biasa akibat gangguan pertukaran cairan dan elektrolit antara plasma dengan jaringan interstisial.
            Edema bisa terjadi karena faktor-faktor berikut ini:
v  Tekanan Darah Kapiler
Tekanan darah meningkat sehingga darah seperti diperas ke jaringan. Hal ini dapat terjadi kerena:
a)Bendungan vena cava inferior dan vena dalam panggul yang menyebabkan edema pada kaki misalnya pada ibu hamil.
b)      Dilatasi atau pelebaran arteriola: darah dari arteri langsung mengisi kapiler dalam jumlah yang banyak.
v  Berkurangnya jumlah protein plasma
Hal ini menyebabkan tekanan osmotik koloid plasma berkurang sehingga daya tarik cairan ke arah lumen pembuluh darah berkurang. Keseimbangan cairan bergeser ke arah jaringan.


v  Bendungan aliran limfe
Molekul-molekul protein yang banyak terkumpul di jaringan interstisial, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik jaringan, kemudian terjadi penggeseran cairan ke arah jaringan interstisial lebih banyak dari biasanya disebut udem (edema).
v  Permeabilitas kapiler yang meningkat
Dinding kapiler bisa berubah menjadi sangat permeable pada keadaan tertentu seperti:
a)   Pada bagian tubuh yang mengalami luka bakar
b)     Penderita syok dimana secara tiba-tiba permeabilitas sangat meningkat, plasma berpindah cepat ke jaringan, volume vascular menjadi kurang, darah yang kembali ke jantung berkurang, dan akhirnya organ-organ vital kekurangan darah.
c) Terkena toksin infeksi kuman sehingga meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
v  Ginjal gagal membuang air
Jumlah air yang masuk seperti biasa, tetapi pengeluaran air berkurang sehingga mengakibatkan air terkumpul dalam badan.
*            Akibat dari Edema
o   Menyebabkan edema paru
Edema paru adalah keadaan dimana dalamparu-paru terisi cairan. Derajat edema paru yang berat dapat menimbulkan keadaan seperti mati tenggelam.
o   Menyebabkan edema otak
Waktu terjadi edema otak, otak akan membengkak dan tertekan oleh tulang tengkorak sehingga menghambat aliran darah di otak, keadaan seperti ini dapat mengakibatkan kematian.



*            Tempat-tempat khusus penumpukan cairan adalah sebagai berikut:
1        Hydrosefalus: penumpukan cairan dalam rongga kepala.
2        Glucoma: cairan dalam rongga mata.
3        Efusi Pleural: tertumpuknya cairan dalam rongga pleura.
4        Efusi perikardial: tertumpuknya cairan dalam lapisan jantung.
5        Asites: tertumpuknya cairan dalam rongga perut.
6        Hidrocel: tertumpuknya cairan abnormal dalam kantong testis yang sebelumnya rongga itu tidak ada cairan, cairan ini diproduksi oleh testis itu sendiri.
7        Kista ovarium: terkumpulnya cairan dalam rongga ovarium.


  
KESIMPULAN

 Respon peningkatan tekanan darah terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit sangat berpengaruh dalam fungsi dan cara kerja ginjal, jantung serta sistem saraf otonom. Jika cairan menumpuk pasti akan timbul peningkatan tekanan darah, karena pompa jantung bekerja lebih dari cara kerja normal. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah. Oleh karena konsentrasi relative garam dan air di dalam cairan ekstrasel mempengaruhi berapa banyak air yang masuk dan keluar sel, konsentrasi keduanya diatur ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila membengkak dan menyusut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi vital lainnya misalnya denyut jantung yang teratur tergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstrasel yang relative konstan.
 Sistem saraf otonom memiliki cara kerja yang sama   sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). Dengan kata lain, keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit sangat berpengaruh dalam metabolisme tubuh.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur pengeluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.